Salam semua®…
Dalam sehari dua ini, tup-tup timbul
kembali berita tentang penulis buku kontroversi, Salman Rushdie yang suatu
ketika dulu pernah menggemparkan seluruh dunia Islam melalui penulisan buku
kontroversinya, ‘ The Satanic Verses’
atau ayat-ayat Setan yang semua orang
tahu telah menghina Nabi Muhammad SAW dan agama Islam keseluruhannya.
Malah, di atas kebiadaban penulisannya
itu, Imam Khomeini pernah mengeluarkan fatwa supaya hukuman mati dikenakan ke atas
Salman Rushdie.
Selepas peristiwa itu, semua orang yang
mempunyai Roh Islam menganggap Salman
Rushdie adalah musuh orang Islam yang sebenarnya.
Tetapi, amat mengejutkan kita semua bila
hari ini, melalui laporan Utusan Online, diberitakan Ketua Pembangkang, Datuk
Seri Anwar Ibrahim hadir di persidangan India Today Conclave pada 16 dan 17 Mac
lalu yang turut disertai penulis buku kontroversi, Salman Rushdie. Berita penuh
baca di sini.
Penulis begitu hairan kenapa DS Anuar sebagai
pemimpin Islam yang berpengaruh, sejak kebelakangan ini telah mengambil
pendekatan menyakiti dan mengguris hati orang-orang Islam ?
Tidak cukupkah beliau dengan isu-isu
kontroversi sebelum ini misalnya sokongan tidak berbelah bagi beliau kepada LGBT,
mempertikaikan undang-undang berkaitan dengan kegiatan homoseksual di negara
ini sambil menyifatkan undang-undang tertentu sebagai lapuk dan yang terbaru
isu perlindungan keselamatan ke atas negara Israel ?.
Apa lagi yang akan dilakukan oleh DS
Anuar selepas ini? Adakah beliau suka
kepada populariti?
Semuanya terserahlah kepada pembaca untuk
membuat penilaian sendiri tentang siapakah DS Anuar sebenarnya?.
Bagi mereka yang tidak tahu latar
belakang Salman Rushdie ini maka, moleknya penulis paparkan di sini tulisan
asal penulis yang dikenali sebagai Pimred ISLAT yang menulis artikel pada 24 Pebruari 2007, Qom.
Siapakah sebenarnya Salman Rushdi ini?
Salman Rushdi lahir di kota Devanegari,
Bombai India pada tanggal 19 Juni 1947. Setelah Pakistan berdiri sendiri, ia
bersama keluarganya pindah ke Karachi dan setelah itu berimigrasi ke Inggris.
Ia ke Inggris ketika berumur 13 tahun dan menyelesaikan sekolahnya di sana.
Setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan sejarah di universitas Cambridge, ia
kembali ke Pakistan. Dengan menulis artikel selama di Inggris, ia dapat
membayar sebagian biaya sekolahnya sendiri. Akhirnya ia pindah warga negara
Inggris.
Tujuh tahun setelah menulis artikel ia
akhirnya berhasil menulis novel berjudul Midnight’s Children tahun 1981. Dengan
buku itu ia mendapat hadiah sastra Inggris Booker Prize. Buku ini isinya
mengkritik perlawanan rakyat India untuk merdeka dari tangan Inggris. Sekitar
setengah juta naskah terjual. Pada tahun 1983 ia menulis buku Shame tentang
kondisi Pakistan. Buku The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey 1987 adalah hasil
dari perjalanan 3 minggunya ke Nikaragua.
Gaya penulisannya adalah Realisme, namun
dengan mengubah semua tokoh asli begitu juga tempat kejadian. Gaya penulisannya
tidak mengikuti pakem yang ada selama ini. Dengan ini ia sesuka hati ia menulis
apa saja dan menisbatkannya kepada siapa saja yang disukainya. Bukunya yang
paling menyedot perhatian adalah The Satanic Verses yang dikenal dengan nama
Ayat-ayat Setan. Buku ini ditulisnya pada tahun 1988.
Latar belakang penulisan buku Ayat-ayat
Setan
Menganalisa cara berpikir Salman Rushdi dapat lacak dari keluarganya. Ibunya
adalah seorang penari bernama Vanita. Pada masa remajanya ia disukai oleh
seorang pemuda bernama Raju. Vanita beberapa kali lewat Salim Khan, gubernur
Bombai, melakukan penghinaan terhadap masjid. Pernah ia meletakkan kepala babi
di undak-undakan masjid kemudian lari menyembunyikan dirinya. Ia juga pernah
membakar upacara orang-orang Hindu dan menyebarkan bahwa itu dilakukan oleh
kaum muslimin. Setiap kali ia melakukan penghinaan, ia mendapat bayaran dari
Salim Khan.
Rupanya Salim Khan juga tertarik dengan
Vanita dan hendak mempersuntingnya. Sebagai jawabannya ia menjawab: “Aku
menikah karena uang dan kalau engkau punya uang aku menjadi milikmu”. Setelah
setuju, ia akhirnya menikah dan dibawa ke istana. Ia menghabiskan malamnya di
istana Lord William dan sejak malam itu, ia tidak keluar-keluar dari istana.
Ketika Lord William dipanggil untuk kembali
ke Inggris, ia berkata kepada Vanita: “Aku punya istri di Inggris dan ayahnya
punya pengaruh kuat di sana. Aku tidak dapat membawamu ke sana”. Lord William
pergi. Vanita kembali ke pelukan Raju yang masih menantinya. Setelah Vanita
melahirkan anaknya ia meninggal. Raju membawa anak itu dan meninggalkannya di
masjid. Seorang bernama Safdar menemukan bayi tersebut dan membawanya pulang ke
rumahnya. Ia kemudian memberinya nama Salman. Ia besar di keluarga muslim.
Semenjak kecilnya ia terkenal nakal. Pada
umur tiga belas tahun ia sudah tiga belas kali ditahan polisi. Pada masa itu,
istri Lord William meninggal. Karena tidak punya anak dari istrinya, ia
kemudian mengingat Vanita dan anaknya. Ia mengirim surat kepada Salim Khan
untuk menemukan anaknya. Lewat Raju, Lord William menemukan Salman. Ketika tahu
bahwa dia adalah anak dari seorang perwira inggris, ia sangat senang. Ia
kembali ke rumah. Di rumah ia menemukan ibu angkatnya tengah menunaikan salat.
Ketika sujud, ia menginjak kepala ibu angkatnya sehingga kepalanya terluka. Ia
keluar dari rumah dan kemudian berangkat ke Inggris.
Ia kemudian di masukkan asrama melanjutkan
sekolahnya di Inggris. Di sana ia berkenalan dengan Umar anak Mesir. Mereka
kemudian menjalin percintaan dan sepakat untuk menikah. Mereka akhirnya membuka
ajaran-ajaran agama yang memperbolehkan perkawinan sesama jenis. Mereka tidak
menemukan ajaran yang memperbolehkan. Ketika Madame Rosa ibu asrama mengetahui
gelagat ini, ia menyurati ayah Umar yang berpangkat jenderal. Ayahnya datang
untuk membawa anaknya pulang ke Mesir. Umar yang begitu cinta kepada Salman
akhirnya membakar dirinya. Setelah Umar meninggal, Salman sangat terpukul dan
memutuskan untuk membalaskan dendamnya terhadap agama-agama.
Ayat-ayat Setan
Salman Rushdi menulis banyak buku. Bila jeli melihat karangan-karangannya,
kebanyakan isinya menghina agama dan keyakinan masyarakat setempat. Dalam
bukunya Grimus (1975), secara terang-terangan ia menghina keyakinan orang-orang
India. Buku Shame (1983) ditulisnya juga dengan isi yang sama.
Midnight’s Children (1981) ditulis
mengkritik perjuangan rakyat India untuk mendapatkan kemerdekaannya dari
Inggris. Bukunya The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey (1987) terkait dengan
situasi politik di Nikaragua dan keyakinan masyarakatnya.
Puncak penghinaannya terhadap agama dengan
menulis novelnya yang berjudul The Satanic Verses (1988). Ia menulis buku ini
pada usia 47 tahun. Sebelum ia menulis buku ini, ia ikut hadir dalam sebuah
pertemuan yang bermaksud untuk menghancurkan agama tidak lagi dengan senjata,
tapi dengan tulisan. Tujuan itu terealisasikan dengan diterbitkannya buku ini.
Untuk pertama kalinya ketika dicetak dalam 547
halaman. Buku ini dicetak oleh penerbit Viking anggota jaringan penerbit
Penguin. Salman Rushdi menulis buku ini karena pesanan pimpinan Viking, seorang
Yahudi, dengan bayaran gila-gilaan 850 ribu pound.
Buku Ayat-ayat Setan bukanlah buku ilmiah,
melainkan hanya sekedar fantasi penulis. Sekalipun demikian, penghinaannya
terhadap keyakinan yang disucikan oleh kaum muslimin tidak dapat dibiarkan
begitu saja.
Untungnya, Imam Khomeini cepat tanggap
rencana besar dibalik penerbitan buku ini. Beliau kemudian mengeluarkan fatwa
hukuman mati yang bersejarah. Fatwa ini membuat skenario besar itu prematur.
Umat Islam tersadar dan ini membuat Barat lebih berhati-hati. Inggris sebagai
pembela nomor satu Salman Rushdi mencoba menekan Iran dengan ancaman ekonomi
dan politik agar Imam Khomeini menarik kembali fatwanya. Tidak cukup itu saja,
dengan menggerakkan 12 negara lainnya mereka kemudian memburukkan citra Iran
dan Imam Khomeini.
Di balik tekanan dari negara-negara Barat,
keteguhan Imam Khomeini membuat mereka lelah dan kemudian pasif menerima. Di
sisi lain, ini seperti meniupkan semangat baru ke dalam dunia Islam. Penerbit
buku Ayat-ayat Setan, Viking, langsung mengeluarkan pernyataan: “Penerbit dan
penulis tidak punya maksud menyakiti kaum muslimin. Kami sangat menyesal dengan
kejadian ini. Penerbitan buku Ayat-ayat Setan dilakukan karena ditulis oleh
seorang penulis top dan isinya fiktif. Penerbitannya karena menghormati
kebebasan berekspresi. Salah satu prinsip demokrasi”.
Salman Rushdi sendiri dalam wawancaranya dengan
CBS mengatakan:
“Buku ini punya dua khayalan yang coba saya
hubungkan dengan munculnya sebuah agama yang mirip dengan Islam. Tapi ini
sebuah Islam khayalan. Tokoh yang berkhayal dalam buku itu, pada intinya
akalnya telah hilang, gila. Bila seorang berkhayal semacam ini, sangat aneh
bila tulisan ini dianggap menghina Islam. Sama sekali saya tidak berniat itu”.
Sempat muncul bisik-bisik di Iran, bahwa
bila Salman Rushdi bertobat, mungkin saja tobatnya diterima. Namun, hal ini
ditolak oleh kantor Imam Khomeini. Bahkan disebutkan seandainya Salman Rushdi
kemudian menjadi orang paling zuhud di muka bumi pun, membunuhnya adalah wajib.
Hukuman mati telah dihapus?
Imam Khomeini pada tahun itu juga, 1987, berbicara di hadapan para rohaniwan:
“Masalah buku Ayat-ayat Setan adalah rencana
yang telah disiapkan dengan baik untuk menghancurkan akar ajaran Islam dan
keberagamaan umat Islam. Puncak dari semua itu adalah Islam dan rohaniwan”.
Ketika fatwa Imam Khomeini tidak lagi
diulang-ulangi, Barat mulai berani mengeluarkan isu bahwa fatwa Imam telah
ditarik kembali. Isu ini dimunculkan tidak hanya sekali, tetapi dimuat
berulang-ulang. Ayatullah sayyid Ali Khamene’i bereaksi dengan keras.
Pada musim haji dua tahun lalu beliau
mengeluarkan pernyataan:
“Hukuman mati yang dikeluarkan oleh Imam
Khomeini terhadap Salman Rushdi berlandaskan ayat-ayat al-Quran. Sebagaimana
ayat-ayat lain yang kokoh dan tidak dapat dihapus, hukum ini tetap dan tidak
dapat dihapus”.
Penutup
Penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw tidak pernah berhenti di Barat. Benar,
Imam Khomeini pernah mengeluarkan fatwa hukuman mati atas Salman Rushdi. Namun,
penghinaan terhadap Nabi Islam, Muhammad saw tidak pernah selesai. Permusuhan
Barat terhadap Islam masih tetap berlangsung. Pemuatan karikatur yang menghina
Nabi Muhammad saw di Denmark masih satu jalur dengan Ayat-ayat Setan Salman
Rushdi. Sekalipun didemo di mana-mana, masih saja di sebagian negara-negara
seperti Inggris, Azerbaijan dan terakhir Prancis yang proses pengadilannya
tengah berlangsung, melakukan penghinaan.
Masihkah Barat tidak ingin mengambil
pelajaran dari fatwa ulama Islam seperti Imam Khomeini? Bila ditanya, mengapa
kalian melindungi dan membiarkan orang-orang menghina keyakinan orang lain?
Jawabannya adalah kebebasan berekspresi. Kebebasan berekspresi yang selalu
dijajakan untuk menghina keyakinan orang lain. Pertanyaannya, adakah kebebasan
yang memperbolehkan menghina keyakinan orang lain?.
(Gaya Penulisan Asal – Rujuk http://ressay.wordpress.com/2007/02/25/265/)
lannkb
1 comment:
http://mymassa.blogspot.com/2012/03/anwar-memang-sokong-salman-rushdie.html
Post a Comment